Seandainya manusia diberi kemampuan naik ke atas langit. Maka kerelaanya tetap tinggal di bumi adalah seburuk buruk kelemahan. Keinginan memiliki badan yang sehat dan bugar, apalah artinya jika tidak mendorongnya bersemangat dalam ibadah. Kemauannya memiliki harta berlimpah apalah gunanya jika tidak membuatnya bersemangat memperbanyak sedekah. Nikmat umur yang panjang, apalah artinya jika banyak maksiat yang dilakukan. Kecintaan kepada dunia baru akan membuatnya terjaga, manakala ajal di pelupuk mata. Sedangkan akhirat tiada pernah cukup waktu untuk menyongsongnya. Sedikit bekal dan menjadi manusia gagal. Naudzubillah.
Setiap muslim yang baik tentu sudah akrab dengan doa yang disunnahkan untuk diucapkan ketika bangun tidur : ”Segala puji hanya milik Allah, Dzat yang telah menghidupkan kami setelah sebelumnya mematikan (menidurkan) kami. Dan hanya kepada-Nyalah kami kembali.”
Ini adalah kalimat pertama yang diucapkan seorang muslim ketika dia mendapati Allah Taala masih memberinya sebuah nikmat yang sangat besar yaitu kehidupan. Sebuah nikmat yang memberikan kepada dirinya kesempatan untuk : memperbaiki diri, menambah kebaikan dan taqwa, mengurangi dosa dengan taubat, menambah bekal dengan amal sholeh menju kampuing akhirat, mengurangi beban dosa dalam perjalanan abadinya ke negeri akhirat.
Nikmat kehidupan ini merupakan modal utama untuk meraih kesuksesan sebesar-besarnya dan derajat setinggi-tingginya di sisi Dzat Yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa dengan mengisi setiap nikmat umur ini dengan berbagai amal shaleh yang bernilai tinggi.
Ukuran kebaikan seseorang di sisi Allah Taala tergantung kepada umur seseorang dan apa yang mereka amalkan dengan umur tersebut. Semakin panjang dan semakin penuh umur seseorang dengan berbagai kebaikan maka semakin baik dia di sisi Allah Ta’ala. Dan bila semakin panjang dan semakin penuh umur seseorang dengan keburukan, semakin jelek dirinya di sisi Allah Taala. Umur yang panjang dan diisi dengan berbagai amal sholeh akan mendongkrak derajat seseorang di akhirat. (more…)